Terima Kasih
Perjalanan pulang ke rumah di saat harus pulang lebih larut dari biasanya adalah perjalanan yang terasa seperti selamanya. Malam terlalu dingin, rintik hujan terlalu tajam, dan setengah jam di kereta itu terlalu lama untuk menggadai rindu. Tak sabar lengan memeluk, tak sabar mata menatap, dan tak kuasa hati terus menawar rasa bersalah.
Sepasang mata yang lugu itu masih menunggu. Dia bersorak meminta dekap.
Hikmat, dekap yang hikmat. Damai, inilai damai. Ada satu dua tetes yang jatuh di kepalanya yang mungil. Sesekali jemarinya berdansa di wajah sambil menjemput lelap.
Masih ada selembar pesan yang tersimpan di atas meja ruang tamu. Selembar pesan untuk ibu yang sungguh tak sempurna dan sering tersedu.
Terima kasih. Terima kasih sudah menjadi malaikatku di bumi. Semoga langkah-langkah kecil ini bernilai ibadah, karena tak pernah ada surgaku tanpa ridhomu.
Sepasang mata yang lugu itu masih menunggu. Dia bersorak meminta dekap.
Hikmat, dekap yang hikmat. Damai, inilai damai. Ada satu dua tetes yang jatuh di kepalanya yang mungil. Sesekali jemarinya berdansa di wajah sambil menjemput lelap.
Masih ada selembar pesan yang tersimpan di atas meja ruang tamu. Selembar pesan untuk ibu yang sungguh tak sempurna dan sering tersedu.
Terima kasih. Terima kasih sudah menjadi malaikatku di bumi. Semoga langkah-langkah kecil ini bernilai ibadah, karena tak pernah ada surgaku tanpa ridhomu.
Comments