Tujuh Sentimeter
Dua gelas kopi yang setengah penuh. Dan, tujuh sentimeter.
Aku menyeruput kopi yang tak pernah habis.
Petang itu, kau sibuk dengan berbagai perangkat istimewa di meja dan tanganmu. Aku pikir setelah penerbangan panjang itu, bersama dengan degup jantung yang meletup menunggu kepulanganmu - kita akan berbincang dan bermanja; seperti burung gereja yang bersahut-sahutan di jendela ruang tamu atau sepasang semut yang diam-diam merebut remah roti dari jemariku.
Tujuh sentimeter, dua manusia duduk berdampingan seperti mati, dan beberapa menit yang terasa abadi - aku terlempar pada titik terjauhmu. Kita semua tahu bahwa jarak seringkali berkhianat pada sesuatu yang dekat, kita pun terjerat.
Sesuatu yang kau pesankan untukku di petang itu. Sayang sekali, sepertinya kau lupa. Bahwa aku tak pernah suka kopi.
Dan sampai gelasmu kosong untuk yang kedua kalinya, gelas kopiku masih setengah penuh.
Aku menyeruput kopi yang tak pernah habis.
Petang itu, kau sibuk dengan berbagai perangkat istimewa di meja dan tanganmu. Aku pikir setelah penerbangan panjang itu, bersama dengan degup jantung yang meletup menunggu kepulanganmu - kita akan berbincang dan bermanja; seperti burung gereja yang bersahut-sahutan di jendela ruang tamu atau sepasang semut yang diam-diam merebut remah roti dari jemariku.
Tujuh sentimeter, dua manusia duduk berdampingan seperti mati, dan beberapa menit yang terasa abadi - aku terlempar pada titik terjauhmu. Kita semua tahu bahwa jarak seringkali berkhianat pada sesuatu yang dekat, kita pun terjerat.
Sesuatu yang kau pesankan untukku di petang itu. Sayang sekali, sepertinya kau lupa. Bahwa aku tak pernah suka kopi.
Dan sampai gelasmu kosong untuk yang kedua kalinya, gelas kopiku masih setengah penuh.
Comments