#1 Mei untuk Maret: Sudah Waktunya Musim Panas
Musim semi baru dimulai dua bulan yang lalu. Tapi cuaca semakin terik seperti sudah waktunya musim panas.
Mei pun marah kepada Maret.
"Kau membuatku terbiasa memakai jaket"
Maret berujar tenang, "Tak apa. Jaket itu membuatmu terlihat cantik"
"Tapi ini sudah semakin panas. Aku merindukan angin sepoi-sepoi dan hujan malu-malu"
Maret diam saja.
"Dan kau juga membuatku terbiasa berjalan-jalan di sore hari"
"Kalau begitu terbiasalah untuk tidak lagi membiasakan yang demikian", lalu Maret pergi.
Bukan jaket, angin, hujan, jalan setapak, atau petang oranye yang kurindukan. Tapi kamu. Aku sudah lupa bagaimana bicara denganmu. Sayang sekali.
Padahal musim semi baru dimulai dua bulan yang lalu. Tapi sudah ada tanda-tanda kehilangan.
Mei pun marah kepada Maret.
"Kau membuatku terbiasa memakai jaket"
Maret berujar tenang, "Tak apa. Jaket itu membuatmu terlihat cantik"
"Tapi ini sudah semakin panas. Aku merindukan angin sepoi-sepoi dan hujan malu-malu"
Maret diam saja.
"Dan kau juga membuatku terbiasa berjalan-jalan di sore hari"
"Kalau begitu terbiasalah untuk tidak lagi membiasakan yang demikian", lalu Maret pergi.
Bukan jaket, angin, hujan, jalan setapak, atau petang oranye yang kurindukan. Tapi kamu. Aku sudah lupa bagaimana bicara denganmu. Sayang sekali.
Padahal musim semi baru dimulai dua bulan yang lalu. Tapi sudah ada tanda-tanda kehilangan.
Comments