Day 2 - Fuchu dan Tokyo Skytree
Jadi begini rasanya, pingin nangis!
Kami mendarat di Jepang pukul 08.55, waktu di Jepang 2 jam lebih cepat dari Indonesia dan 1 jam lebih cepat dari Malaysia. Ini pertama kalinya saya melakukan penerbangan dengan waktu tempuh yang lama, apalagi kursi saya dan suami terpisah, dan duduk di dekat jendela membuat saya tidak enak untuk sering ke toilet karena harus membangunkan orang asing yang tidur pulas banget di samping :/
Foto sebelum masuk imigrasi :) |
Setiba di imigrasi, kami harus mengisi embarkation/disembarkation card, semacam mini itinerary tentang berapa hari akan stay di Jepang, dimana, dan bawa uang tunai berapa. Selanjutnya kami menuju tempat pengambilan bagasi, dan seluruh bagasi sudah diturunkan dari conveyor-nya. Dan terlihatlah bagasi kami yang paling tidak enak dipandang *alias kardus* karena sudah melewati perjalanan panjang mulai dari dipangku di sepeda motor, jatuh menggelinding, dititipkan di locker malaysia, dan dibawa ke Jepang hihi. Di bagian customs, petugasnya menanyakan apa isi kardus tersebut, dan kami jawab "Indonesian food" :b
Kami memutuskan untuk berkeliling-keliling bandara dengan status kelaparan adalah "gawat" alias sangat lapar. Di lantai 4 terminal 2 Narita terdapat toko dan restoran, salah satunya restoran halal dengan nama La Toque. Namun, kami memilih untuk makan nasi gulung yang bentuknya disajikan dengan sangat cantik. Di setiap kemasan nasi gulung ada pictogram yang memudahkan untuk mengetahui apa saja yang ada dalam makanan tersebut. Suami saya langsung mempraktikan apa yang ada di buku dengan bertanya, "No buta?" alias "No pork?", dan ibu-ibu si pemilik toko langsung menjawab dengan "ney ney, fish and egg".
Btw, orang-orang Jepang sangat rapi dalam memperlakukan uang, tidak ada uang yang terlipat dan setiap toko selalu punya uang kembalian. Uang diberikan dengan kedua tangan atau diletakkan di baki saat membayar. Dan, hmmm nasi gulungnya sangat lezat. Setelah itu, kami sholat di musholla yang terletak di lantai 2 bandara dan mengambil pocket wifi yang sudah kami pesan di post office.
Kami menuju rumah mbak Dina di Fuchu dengan kereta. Mbak Dina mengajarkan kami rute kereta yang paling efisien. Ini pertama kalinya pula kami belajar menggunakan vending machine. Sepanjang jalan saya selaluuuu amazed, mulai dari kerapian mereka mengantri, antrian bergeser menunggu penumpang yang turun, dan semua orang fokus dengan gadgetnya masing-masing, tidak mengobrol, tidak berisik, dan tidak berebutan untuk duduk. Satu hal yang saya perhatikan adalah mereka terlihat selalu rapi dan bersemangat, dengan baju yang stylish baik itu tua dan muda, tidak ada yang memakai sandal, semua bersepatu bersih. Para ibu mendorong stroller dan menggendong bayi dengan lincah dan cantik, dan mereka juga terlihat tidak kerepotan menggunakan high heels sambil berlari. Pemandangan yang menarik :)
Perjalanan membutuhkan waktu 1 jam, kami tiba di stasiun Kita-Fuchu. Suhu saat itu di bawah 15 derajat celcius, dingiiiin banget buat kami yang kulitnya masih kaget. Mbak Dina dan putri kecilnya sudah menjemput kami dengan sepedanya, lalu kami berjalan kaki bersama. Suasana Fuchu sepi dan tenang, dan sakura melambai-lambai walaupun saat itu pohonnya sudah mulai rontok. Di rumahnya, Mbak Dina dan suami mengajarkan banyak hal tentang destinasi menarik di Jepang dan meminjamkan kami kartu Suica semacam e-money sehingga memudahkan kami untuk berpergian. Terharu banget bagaimana orang yang belum pernah kami kenal sebelumnya memperlakukan kami seperti keluarga sendiri :">
hello cherry blossoms :* |
sakura putih dan pink |
taman di fuchu |
suasana kota yang tenang |
hello bird :* |
Setelah mandi dan sholat *akhirnya mandi*, kami bergegas menuju destinasi yang direkomendasikan oleh Mbak Dina, yaitu Tokyo Skytree - icon Tokyo yang popularitasnya mengalahkan Tokyo Tower. Melalui ketinggian 350 meter kita bisa melihat Tokyo 360 derajat. Kami naik kereta bersamaan dengan jam pulang kerja orang-orang Jepang, dan ikut dalam ritme tersebut rasanya luar biasa. Setiap orang berjalan dengan cepat tanpa saling bertabrakan, sibuk dengan dirinya masing-masing, dan tetap tampak rapi walaupun sudah sore. Dan, berkerudung tidak membuat saya menjadi asing, karena orang Jepang bukan orang yang suka mengganggu urusan orang lain. I feel safe :)
Dan, sampailah kami di Tokyo Skytree. Antrean sangat ramai dan banyak sekali turis. Kami menunggu setengah jam untuk naik, dan setengah jam untuk turun lagi. Menyenangkan sekali melihat kelap kelip Tokyo di malam hari.
Saat pulang, kami agak sedikit tersesat dan kami bertanya dengan polisi yang saat itu sedang bersepeda. Dia pun menemani kami sampai ke tujuan walaupun harus berjalan kaki dan menggiring sepedanya jauh. Terima kasih :)
Comments