Day 5 - Kyoto: Utano dan Gion
Rabu, 15 April 2015
Finally, tiba di Kyoto! Walaupun 1 hari lebih lama dari itinerary yang saya jadwalkan, tapi udah bersyukur banget bisa menginjakkan kaki disini juga. Apalagi kalau ingat perjuangannya haha. Stasiun Kyoto sangat besar dan cantiiiik. Banyak sekali wajah-wajah turis disini. Karena saya sudah memesan hostel via hostelworld maka kami akan langsung menuju ke hostel. Dengan bantuan google maps, kami bisa mengetahui naik bis apa saja dan kereta apa saja untuk menuju kesana, plus ongkosnya! Oh, google maps, dikau keren sekaliiiii.
Hostel kami berlokasi di daerah Utano, naik bis 45 menit dari stasiun dengan biaya 230 Yen saja. Kartu Suica yang dipinjamkan mbak Dina selain bisa digunakan untuk naik kereta, bisa juga dipakai untuk naik bis, beli minuman dan makanan di vending machine, tarik tunai di atm, dan bayar di convenience store. Sangat berguna! Kartu Suica bergambar pinguin ini bisa dibeli dengan harga 2000 Yen.
Hostel yang kami pesan hanya berjarak 50 meter dari Utano Youth Hostel bus stop. Suasana disini sangat berbeda dengan Tokyo. Sepiiiii, terlihat ada pegunungan di belakangnya, sangat tenang. Rumah-rumah berjajar rapi dengan taman-taman yang dihias sangat cantik. Orang Jepang memang suka kerapian yaa :)
Penginapan di Jepang sebagian besar (terutama hostel) membuka check in pada pukul 3 sore, sehingga kami menghabiskan waktu di common room saja. Mulai pukul 10 sampai 3 sore hostel akan dibersihkan, mulai dari toilet sampai seluruh kamar. Tepat pukul 10 para petugas kebersihan berkumpul, mengatur strategi, dan mulai bersih-bersih. Ya ampun total banget bersih-bersihnya, orang Jepang memang sangat total dan perfeksionis :) Yang saya amati, sebagian besar petugas kebersihan disini didominasi oleh orang-orang tua, kakek dan nenek yang masih saja gesit bekerja. Luar biasa. Ohiya, saya tergila-gila dengan smart toilet di Jepang, sangat bersih, kering, bebas bau, dan hi-tech karena dijalankan dengan tombol-tombol dan sensor pintar.
Suasana hostel ini sangaaaat menyenangkan, bersih, dan dengan biaya yang sangat affordable, I totally recommend this hostel! Ada musik klasik mengalun di common room sampai ke toilet hostel, tenang sekali. Kami boleh menitipkan barang dulu di locker, dan karena kami belum boleh masuk kamar, maka kami meminta izin untuk sholat di hostel. Karyawan-karyawan hostel sangat mahir berbahasa Inggris, dan mereka mempersilakan kami sholat dimanapun. Kami memilih sholat di dapur karena saat itu sedang tidak ada orang :b
Setelah bersantai sebentar, kami memutuskan untuk berjalan-jalan yakni ke Gion! Google maps memberitahu bahwa kami hanya perlu naik bis sekali saja dari depan hostel, dan masih dengan biaya 230 Yen. Hanya dengan 20 menit kami tiba di Gion. Daerah ini adalah daerah penuh nilai historis yang masih kuat, jika beruntung kita bisa melihat geisha berlalu lalang. Di kawasan ini, banyak sekali turis. Yes, Kyoto is very friendly with tourists. Jika nyasar, tidak perlu khawatir, ada Tourist Infomation Center yang mudah sekali ditemui.
Sudah hampir sore dan kami belum makan siang, maka kami beli kue mochi sebagai cemilan, hanya 100 Yen enaaak deh. Dari blog kami menemukan rekomendasi restoran tofu sebagai alternatif restoran halal, namanya Togaden tidak jauh dari daerah Gion. Saat kami sedang sibuk mencari akses via google, tiba-tiba ada seorang ibu mendatangi kami:
"May I have you? Are you lost?"
Mungkin wajah kami memang menunjukkan kami sedang bingung.
"We need to find a restaurant, here is the address". Website restoran itu disajikan dalam tulisan Jepang, dan... nggak ngerti. Ibu tersebut sangat baik hati dan mengantarkan kami ke pusat informasi turis. Ah, terima kasih bu :)
Setelah makan, kami kembali ke hostel. Kami segera check in, memesan makan malam di hostel (masih dengan pertanyaan "no buta?" hihi), diberikan denah hostel, dan diberikan seprai untuk dipasang sendiri. Saya dan suami berbeda kamar, saya tidur di dormitory room khusus wanita, dan suami di dormitory room khusus pria. Setiap kamar memuat 4 orang. Setelah check in kami langsung masuk ke laundry room untuk mencuci karena pakaian sudah hampir habis :b
Saya hanya sekamar berdua dengan seorang gadis dari Jerman bernama Catherine. Di hostel ini, kami bisa bertemu orang-orang dari berbagai negara, seperti dunia versi mini. Suami saya sekamar dengan orang Belgia dan Italia. Saat makan bersama (makan malam yang dihidangkan saat itu adalah sukiyaki), kami berkumpul dengan orang India, Amerika, Korea, dan Chinese. Ada yang memasak makanan sendiri di dapur, ada juga yang memesan makanan seperti kami. Dan seperti biasa, setelah makan, kami membuang sampah dan mengembalikan bakinya sendiri.
Malamnya, saya tidak bisa tidur. Rasanya sepi sekali, apalagi teman sekamar saya belum masuk ke kamar sehingga saya sendirian. Ingin buru-buru hari esok. Udah kangen suami coba :(
Finally, tiba di Kyoto! Walaupun 1 hari lebih lama dari itinerary yang saya jadwalkan, tapi udah bersyukur banget bisa menginjakkan kaki disini juga. Apalagi kalau ingat perjuangannya haha. Stasiun Kyoto sangat besar dan cantiiiik. Banyak sekali wajah-wajah turis disini. Karena saya sudah memesan hostel via hostelworld maka kami akan langsung menuju ke hostel. Dengan bantuan google maps, kami bisa mengetahui naik bis apa saja dan kereta apa saja untuk menuju kesana, plus ongkosnya! Oh, google maps, dikau keren sekaliiiii.
Hostel kami berlokasi di daerah Utano, naik bis 45 menit dari stasiun dengan biaya 230 Yen saja. Kartu Suica yang dipinjamkan mbak Dina selain bisa digunakan untuk naik kereta, bisa juga dipakai untuk naik bis, beli minuman dan makanan di vending machine, tarik tunai di atm, dan bayar di convenience store. Sangat berguna! Kartu Suica bergambar pinguin ini bisa dibeli dengan harga 2000 Yen.
Hostel yang kami pesan hanya berjarak 50 meter dari Utano Youth Hostel bus stop. Suasana disini sangat berbeda dengan Tokyo. Sepiiiii, terlihat ada pegunungan di belakangnya, sangat tenang. Rumah-rumah berjajar rapi dengan taman-taman yang dihias sangat cantik. Orang Jepang memang suka kerapian yaa :)
Penginapan di Jepang sebagian besar (terutama hostel) membuka check in pada pukul 3 sore, sehingga kami menghabiskan waktu di common room saja. Mulai pukul 10 sampai 3 sore hostel akan dibersihkan, mulai dari toilet sampai seluruh kamar. Tepat pukul 10 para petugas kebersihan berkumpul, mengatur strategi, dan mulai bersih-bersih. Ya ampun total banget bersih-bersihnya, orang Jepang memang sangat total dan perfeksionis :) Yang saya amati, sebagian besar petugas kebersihan disini didominasi oleh orang-orang tua, kakek dan nenek yang masih saja gesit bekerja. Luar biasa. Ohiya, saya tergila-gila dengan smart toilet di Jepang, sangat bersih, kering, bebas bau, dan hi-tech karena dijalankan dengan tombol-tombol dan sensor pintar.
Suasana hostel ini sangaaaat menyenangkan, bersih, dan dengan biaya yang sangat affordable, I totally recommend this hostel! Ada musik klasik mengalun di common room sampai ke toilet hostel, tenang sekali. Kami boleh menitipkan barang dulu di locker, dan karena kami belum boleh masuk kamar, maka kami meminta izin untuk sholat di hostel. Karyawan-karyawan hostel sangat mahir berbahasa Inggris, dan mereka mempersilakan kami sholat dimanapun. Kami memilih sholat di dapur karena saat itu sedang tidak ada orang :b
Stroke the stone for your safe journey :D |
Dapur yang bersih. Cuci, pakai, letakkan sendiri kembali :) |
bisa sewa sepeda :D |
Setelah bersantai sebentar, kami memutuskan untuk berjalan-jalan yakni ke Gion! Google maps memberitahu bahwa kami hanya perlu naik bis sekali saja dari depan hostel, dan masih dengan biaya 230 Yen. Hanya dengan 20 menit kami tiba di Gion. Daerah ini adalah daerah penuh nilai historis yang masih kuat, jika beruntung kita bisa melihat geisha berlalu lalang. Di kawasan ini, banyak sekali turis. Yes, Kyoto is very friendly with tourists. Jika nyasar, tidak perlu khawatir, ada Tourist Infomation Center yang mudah sekali ditemui.
Sudah hampir sore dan kami belum makan siang, maka kami beli kue mochi sebagai cemilan, hanya 100 Yen enaaak deh. Dari blog kami menemukan rekomendasi restoran tofu sebagai alternatif restoran halal, namanya Togaden tidak jauh dari daerah Gion. Saat kami sedang sibuk mencari akses via google, tiba-tiba ada seorang ibu mendatangi kami:
"May I have you? Are you lost?"
Mungkin wajah kami memang menunjukkan kami sedang bingung.
"We need to find a restaurant, here is the address". Website restoran itu disajikan dalam tulisan Jepang, dan... nggak ngerti. Ibu tersebut sangat baik hati dan mengantarkan kami ke pusat informasi turis. Ah, terima kasih bu :)
all about tofu :* |
Setelah makan, kami kembali ke hostel. Kami segera check in, memesan makan malam di hostel (masih dengan pertanyaan "no buta?" hihi), diberikan denah hostel, dan diberikan seprai untuk dipasang sendiri. Saya dan suami berbeda kamar, saya tidur di dormitory room khusus wanita, dan suami di dormitory room khusus pria. Setiap kamar memuat 4 orang. Setelah check in kami langsung masuk ke laundry room untuk mencuci karena pakaian sudah hampir habis :b
Saya hanya sekamar berdua dengan seorang gadis dari Jerman bernama Catherine. Di hostel ini, kami bisa bertemu orang-orang dari berbagai negara, seperti dunia versi mini. Suami saya sekamar dengan orang Belgia dan Italia. Saat makan bersama (makan malam yang dihidangkan saat itu adalah sukiyaki), kami berkumpul dengan orang India, Amerika, Korea, dan Chinese. Ada yang memasak makanan sendiri di dapur, ada juga yang memesan makanan seperti kami. Dan seperti biasa, setelah makan, kami membuang sampah dan mengembalikan bakinya sendiri.
Pertama kali makan sukiyaki :3 |
bunk bed :) |
Comments