Day 3 - Fujiko F. Fujio Museum dan Asakusa
Senin, 13 April 2015
Pertama kali bermalam di Jepang, kami tidur dengan penghangat, kaus kaki, dan selimut tapi masih kedinginan hihi. Agenda hari ini adalah ke Fujiko F. Fujio Museum yang buka pukul 10 pagi. Mbak Dina sudah memesankan tiket masuk museum sejak jauh-jauh hari karena bisa kehabisan. Harga tiket adalah 1000 Yen per orang dengan waktu masuk sebanyak 4 kali yakni pukul 10, 12, 14 dan 16. Awalnya saya ingin sekali main ke Ghibli Museum, tapi sudah sold out........... dan mbak Dina merekomendasikan museum ini. Main ke kampung Doraemon, nggak lengkap juga rasanya nggak ketemu Doraemon hihi ;)
Dari rumah kami berangkat pukul 08.30, kami berjalan ke stasiun Bubaigawara dengan waktu tempuh 20 menit, cukup jauh. Kami membeli sarapan berupa sandwich tuna dan telur. Orang-orang dengan jas dan kemeja rapi, bersepeda dan berjalan dengan cepat, dan semuanya membawa payung. Kata mbak Dina hari ini akan hujan. Orang Jepang selalu membaca ramalan cuaca untuk keesokan harinya. Saya baru tahu juga, ada semacam peraturan di Jepang yang mengharuskan masyarakat untuk membawa payung saat hujan, karena jika tidak maka orang tersebut dianggap tidak bertanggung jawab pada diri sendiri, dan orang Jepang juga tidak suka berdekatan dengan yang bajunya basah. Maka, kami membeli payung transparan di convenience store stasiun. Benar saja, hujan turun dari pagi sampai malam. Kami turun di stasiun Noburito dan tiba sebelum pukul 10. Disana sudah ada bis doraemon yang menunggu, kami pun bergegas naik.
Setiba di museum, kami menitipkan payung, mengantri, dan masuk perlahan lalu mendapatkan audio guide sebagai panduan selama di museum dalam bahasa Inggris. Ruang pertama yang kami masuki adalah exhibition room. Disana disajikan karya-karya otentik Fujiko F. Fujio, peralatan menggambarnya, dan deskripsi tentang tokoh-tokoh komik karya beliau. Di ruang selanjutnya terdapat riwayat hidup Fujiko F. Fujio dan tiruan ruang kerjanya. Namun, di exhibition room tidak diperkenankan untuk memotret untuk menjaga barang-barang yang dipamerkan agar tidak cepat rusak.
Setelah puas berkeliling exhibition room dan mendengar panduan melalui audio guide, kami memasuki ruang yang membebaskan untuk memotret dan bermain. Terdapat perpustakaan komik Doraemon *dengan tulisan Jepang, huks*, miniatur rumah Nobita, dan berbagai teknologi yang menunjukkan alat-alat doraemon.
Setelah itu, kami naik ke lantai paling atas dan terdapat objek-objek foto yang menarik, mulai dari pintu kemana saja sampai pisuke si dinosaurus.
Kami pun mencoba dorayaki yang dijual disana. Enak! Pantas saja doraemon ketagihan :)
Setelah puas berkeliling, kami menikmati sajian terakhir yaitu menonton film! Film yang diputar disini belum pernah ditayangkan dimanapun, dan dengan bahasa Jepang hihi tapi tetap lucu kok. Film tersebut berdurasi 20 menit. Sebelum pukul 12, kami pulang dengan bis Doraemon dan kembali ke stasiun Noburito untuk melanjutkan perjalanan ke Asakusa, yey!
Tiba di Asakusa, dan.... suhu saat itu 5 derajat celcius. Huks, menggigil dan hujan. Asakusa masih kental dengan budaya tradisional, dan terlihat turis dimana-mana. For me, Asakusa is the best spot in Tokyo! Keluar dari stasiun, langsung terlihat Sensuji Temple yang terkenal dengan lampion merah besar di tengah-tengahnya. Di Asakusa pula kami mencari restoran halal bernama Sekai Cafe, dan... kami memilih naik becak yang ditarik dengan tenaga manusia. Kami berkeliling selama 10 menit dengan becak tersebut, ah lucu!
"Where do you come from?"
"Indonesia. You know?"
"Indonesia? Borobudur?"
"Yes, yes!"
Becaknya tinggi dan penumpangnya diberi selimut tebal berwarna merah, sementara yang menarik becak menjelaskan tempat-tempat yang kami lewati di daerah Sensuji Temple. Namanya Tomo-san, dia berlari hujan-hujanan sambil menarik kami. Dan bahasa Inggrisnya sangat bagus :)
"Are you okay, Tomo-san? It's cold"
"I'm okay. I'm running so I'm not cold"
Dia menjelaskan pula bahwa di daerah Sensuji ini ada rumah yang pernah dijadikan tempat-tempat penginapan orang-orang penting selama di Jepang seperti Michael Gorbachev dan Bill Clinton. Setelah membawa kami berkeliling, dia mengantar kami ke Sekai Cafe. Sekai Cafe sudah bersertifikasi halal dan khas dengan bahan organik. Finally, we eat! Saya memesan Japanese Fried Noodle dan suami memesan Lamb Steak.
Kami ingat harus segera mengejar bis malam ke Kyoto hari ini di stasiun Sinjuku pukul 11 malam, maka kami pun bergegas. Tak lupa kami mampir dulu ke mesjid terbesar di Tokyo yakni mesjid Camii yang sangat dekat dengan stasiun Yoyogi Uehara. Ah, terharu sekali bisa bersujud di mesjid ini :')
Kami kembali ke rumah mbak Dina untuk pamit dan bergegas ke Sinjuku. Tokyo masih hujan dan semakin dingin. Kami berlari dan nyasar (lagi) menuju stasiun Bubaigawara. Harap-harap cemas apakah masih bisa mengejar bis atau tidak. Setelah sampai di stasiun Sinjuku, kami berlari lagi (jujur saya udah nggak kuat huks), bertanya pada polisi, petugas stasiun, tidak ada yang tahu. Terminal Willer Express di Sinjuku yang berada di Sumitomo Building ini agak jauh dari stasiun, dan entahlah we couldn't find it. Kami menuju terminal bis yang ada di dekat stasiun dan mencari tahu but... they didn't know too. We had to come back the day after. Dan, sudah pukul 11 lewat. It meant we were late.
Saat travelling, tidak semua hal berjalan baik. Tapi di saat seperti ini saya diajarkan untuk menyelesaikan masalah bersama dengan suami saya. We made the good teamwork. Dan dia adalah satu-satunya yang saya punya di negeri yang asing itu. Kami mengubah jadwal keberangkatan menjadi esok hari, dan sekarang pertanyaannya adalah....... abis ini ngapain?
Sudah jam setengah 12 malam, kami masih di Sinjuku huks dan melihat langsung kehidupan malam Tokyo *you know what I mean*. Saya sudah kebingungan, takut ketemu polisi trus dideportasi..................... *overthinking, LOL*
"Kita tidur di stasiun aja"
"Takut diusir!"
Memang sih ada beberapa yang tidur di stasiun dengan kardus dan koper di sampingnya. Sebegitu beratnya kehidupan di Jepang hingga kadang penghasilan hanya cukup untuk sehari. But, we were foreigners............................
Saya sudah nggak kuat jalan, jadi solusinya adalah menemukan tempat duduk yakni ke McDonald. Kami memesan kopi, saya seperti biasa masih kebingungan nggak jelas dan suami putar otak.
"Kita nginap di Sinjuku aja"
"Emang masih ada?"
"Setidaknya kita berusaha"
Akhirnya kami menemukan penginapan bernama Kadoya Hotel di Sinjuku, dan masih ada kamar.
"Sekarang kita tidur dan besok kembali lagi ke terminal tadi"
Alhamdulillah, Allah melindungi kami. Yes, the adventure has just begun :>
Pertama kali bermalam di Jepang, kami tidur dengan penghangat, kaus kaki, dan selimut tapi masih kedinginan hihi. Agenda hari ini adalah ke Fujiko F. Fujio Museum yang buka pukul 10 pagi. Mbak Dina sudah memesankan tiket masuk museum sejak jauh-jauh hari karena bisa kehabisan. Harga tiket adalah 1000 Yen per orang dengan waktu masuk sebanyak 4 kali yakni pukul 10, 12, 14 dan 16. Awalnya saya ingin sekali main ke Ghibli Museum, tapi sudah sold out........... dan mbak Dina merekomendasikan museum ini. Main ke kampung Doraemon, nggak lengkap juga rasanya nggak ketemu Doraemon hihi ;)
Dari rumah kami berangkat pukul 08.30, kami berjalan ke stasiun Bubaigawara dengan waktu tempuh 20 menit, cukup jauh. Kami membeli sarapan berupa sandwich tuna dan telur. Orang-orang dengan jas dan kemeja rapi, bersepeda dan berjalan dengan cepat, dan semuanya membawa payung. Kata mbak Dina hari ini akan hujan. Orang Jepang selalu membaca ramalan cuaca untuk keesokan harinya. Saya baru tahu juga, ada semacam peraturan di Jepang yang mengharuskan masyarakat untuk membawa payung saat hujan, karena jika tidak maka orang tersebut dianggap tidak bertanggung jawab pada diri sendiri, dan orang Jepang juga tidak suka berdekatan dengan yang bajunya basah. Maka, kami membeli payung transparan di convenience store stasiun. Benar saja, hujan turun dari pagi sampai malam. Kami turun di stasiun Noburito dan tiba sebelum pukul 10. Disana sudah ada bis doraemon yang menunggu, kami pun bergegas naik.
Setiba di museum, kami menitipkan payung, mengantri, dan masuk perlahan lalu mendapatkan audio guide sebagai panduan selama di museum dalam bahasa Inggris. Ruang pertama yang kami masuki adalah exhibition room. Disana disajikan karya-karya otentik Fujiko F. Fujio, peralatan menggambarnya, dan deskripsi tentang tokoh-tokoh komik karya beliau. Di ruang selanjutnya terdapat riwayat hidup Fujiko F. Fujio dan tiruan ruang kerjanya. Namun, di exhibition room tidak diperkenankan untuk memotret untuk menjaga barang-barang yang dipamerkan agar tidak cepat rusak.
Setelah puas berkeliling exhibition room dan mendengar panduan melalui audio guide, kami memasuki ruang yang membebaskan untuk memotret dan bermain. Terdapat perpustakaan komik Doraemon *dengan tulisan Jepang, huks*, miniatur rumah Nobita, dan berbagai teknologi yang menunjukkan alat-alat doraemon.
Setelah itu, kami naik ke lantai paling atas dan terdapat objek-objek foto yang menarik, mulai dari pintu kemana saja sampai pisuke si dinosaurus.
Kami pun mencoba dorayaki yang dijual disana. Enak! Pantas saja doraemon ketagihan :)
Setelah puas berkeliling, kami menikmati sajian terakhir yaitu menonton film! Film yang diputar disini belum pernah ditayangkan dimanapun, dan dengan bahasa Jepang hihi tapi tetap lucu kok. Film tersebut berdurasi 20 menit. Sebelum pukul 12, kami pulang dengan bis Doraemon dan kembali ke stasiun Noburito untuk melanjutkan perjalanan ke Asakusa, yey!
Tiba di Asakusa, dan.... suhu saat itu 5 derajat celcius. Huks, menggigil dan hujan. Asakusa masih kental dengan budaya tradisional, dan terlihat turis dimana-mana. For me, Asakusa is the best spot in Tokyo! Keluar dari stasiun, langsung terlihat Sensuji Temple yang terkenal dengan lampion merah besar di tengah-tengahnya. Di Asakusa pula kami mencari restoran halal bernama Sekai Cafe, dan... kami memilih naik becak yang ditarik dengan tenaga manusia. Kami berkeliling selama 10 menit dengan becak tersebut, ah lucu!
"Where do you come from?"
"Indonesia. You know?"
"Indonesia? Borobudur?"
"Yes, yes!"
Becaknya tinggi dan penumpangnya diberi selimut tebal berwarna merah, sementara yang menarik becak menjelaskan tempat-tempat yang kami lewati di daerah Sensuji Temple. Namanya Tomo-san, dia berlari hujan-hujanan sambil menarik kami. Dan bahasa Inggrisnya sangat bagus :)
"Are you okay, Tomo-san? It's cold"
"I'm okay. I'm running so I'm not cold"
Dia menjelaskan pula bahwa di daerah Sensuji ini ada rumah yang pernah dijadikan tempat-tempat penginapan orang-orang penting selama di Jepang seperti Michael Gorbachev dan Bill Clinton. Setelah membawa kami berkeliling, dia mengantar kami ke Sekai Cafe. Sekai Cafe sudah bersertifikasi halal dan khas dengan bahan organik. Finally, we eat! Saya memesan Japanese Fried Noodle dan suami memesan Lamb Steak.
Kami ingat harus segera mengejar bis malam ke Kyoto hari ini di stasiun Sinjuku pukul 11 malam, maka kami pun bergegas. Tak lupa kami mampir dulu ke mesjid terbesar di Tokyo yakni mesjid Camii yang sangat dekat dengan stasiun Yoyogi Uehara. Ah, terharu sekali bisa bersujud di mesjid ini :')
Kami kembali ke rumah mbak Dina untuk pamit dan bergegas ke Sinjuku. Tokyo masih hujan dan semakin dingin. Kami berlari dan nyasar (lagi) menuju stasiun Bubaigawara. Harap-harap cemas apakah masih bisa mengejar bis atau tidak. Setelah sampai di stasiun Sinjuku, kami berlari lagi (jujur saya udah nggak kuat huks), bertanya pada polisi, petugas stasiun, tidak ada yang tahu. Terminal Willer Express di Sinjuku yang berada di Sumitomo Building ini agak jauh dari stasiun, dan entahlah we couldn't find it. Kami menuju terminal bis yang ada di dekat stasiun dan mencari tahu but... they didn't know too. We had to come back the day after. Dan, sudah pukul 11 lewat. It meant we were late.
Saat travelling, tidak semua hal berjalan baik. Tapi di saat seperti ini saya diajarkan untuk menyelesaikan masalah bersama dengan suami saya. We made the good teamwork. Dan dia adalah satu-satunya yang saya punya di negeri yang asing itu. Kami mengubah jadwal keberangkatan menjadi esok hari, dan sekarang pertanyaannya adalah....... abis ini ngapain?
Sudah jam setengah 12 malam, kami masih di Sinjuku huks dan melihat langsung kehidupan malam Tokyo *you know what I mean*. Saya sudah kebingungan, takut ketemu polisi trus dideportasi..................... *overthinking, LOL*
"Kita tidur di stasiun aja"
"Takut diusir!"
Memang sih ada beberapa yang tidur di stasiun dengan kardus dan koper di sampingnya. Sebegitu beratnya kehidupan di Jepang hingga kadang penghasilan hanya cukup untuk sehari. But, we were foreigners............................
Saya sudah nggak kuat jalan, jadi solusinya adalah menemukan tempat duduk yakni ke McDonald. Kami memesan kopi, saya seperti biasa masih kebingungan nggak jelas dan suami putar otak.
"Kita nginap di Sinjuku aja"
"Emang masih ada?"
"Setidaknya kita berusaha"
Akhirnya kami menemukan penginapan bernama Kadoya Hotel di Sinjuku, dan masih ada kamar.
"Sekarang kita tidur dan besok kembali lagi ke terminal tadi"
Alhamdulillah, Allah melindungi kami. Yes, the adventure has just begun :>
Comments