Day 4 - Shin-Obuke, Harajuku, Shibuya, dan Ikebukuro
Selasa, 14 April 2015
Jadi setelah peristiwa kejar-kejaran terminal bis tadi malam, kami berniat untuk mencari terminal bis Willer Express yang akan berangkat pukul 10 pagi. Setelah mandi air hangat, nelpon ke rumah via whatsapp call pakai wi-fi hotel hihi, dan check out, maka kami bergegas untuk kembali ke terminal bis di stasiun Sinjuku yang telah kami datangi tadi malam. Sarapan pagi ini sangat kreatif, yakni kebab Turki yang kami beli malamnya dan dihangatkan suami dengan hair drier :b
Hanya butuh 10 menit untuk kembali ke terminal bis, lalu kami mengkonfirmasi kedatangan bis pada petugas... dan tidak ada petugas yang tahu tentang jadwal bis pukul 10 pagi itu. Kami menanyakan lagi tentang lokasi Sumitomo Building yang notabene merupakan lokasi gedung pemerintahan di Tokyo, semua pegawai menggunakan jas hitam dan kemeja putih - dan ternyata lokasinya masih jauh. Artinya, kami pun harus berlari lagi.
Saya udah lemes dong, takut kejadian tadi malam terulang lagi. Apalagi sambil membawa tas ransel dan dengan celana panjang yang kebesaran - serius baru sekian hari saya udah turun 2 kilo, saya jadi kesusahan untuk mengejar suami saya yang lari lebih dulu. Kami bertanya pada beberapa orang, dan jawaban yang diberikan berbeda-beda. Akhirnya kami harus menyeberang, kembali lagi, belok kanan, kiri, sampai saya nggak kuat....... ketinggalan suami saya dong yang udah duluan huhu. Saya jalan sendirian (membayangkan tersesat di negeri orang), menunggu lampu merah untuk menyeberang, berjalan gontai, dan memutuskan untuk bertanya pada seorang petugas kebersihan, dan dia memberikan arah yang benar. Bangunan yang saya maksud tepat ada di seberang saya.
Sudah pukul 10. Harapan saya saat itu cuma satu, ketemu sama suami saya. Apalagi kami tidak bisa menghubungi satu sama lain, paket data saya non aktif, dan pocket wifi dibawa sama suami haha. Dan, bener, suami saya udah nunggu berdiri di lampu merah. "Maaf, bisnya nggak terkejar. Aku sampai disana bisnya pergi". Langsung dong saya jalan sambil nangis, haha beneran nangis, antara capek dan kesel kali ya. Dan, kami memutuskan untuk datang ke terminal bis itu (lokasinya masuk ke dalam Sumitomo building dan turun dengan eskalator, ga nyangka ada disini), mengganti jadwal keberangkatan untuk malamnya, tapi di stasiun yang berbeda, bukan di Sinjuku. Kali ini tidak boleh gagal lagi.
Kami duduk lama di terminal itu, dan memilih untuk mengelilingi Tokyo lagi. Setelah perasaan saya membaik, kami pun kembali berjalan-jalan haha, ya ampun saya bocah banget. Kami kembali ke Stasiun Sinjuku (stasiun ini adalah salah satu stasiun tersibuk di dunia), menitipkan tas di locker, dan here we go again. Bismillah!
Karena kami nggak sarapan yang bener dan udah capek lari-larian, maka kami memutuskan untuk makan enak. Destinasi pertama adalah mencari makanan halal, dan ada daerah di Stasiun Shin-Obuke yang cukup banyak makanan halalnya dan ada mushollanya. Ternyata kawasan Shin-Obuke ini juga disebut sebagai Koreanya Jepang, karena ada sebuah area yang dipenuhi oleh toko-toko bernuansa Korea dengan alunan lagu-lagu boyband Korea, ada makanan khas Korea, dan banyak orang Korea yang lalu lalang. Haha, berasa di Korea. Menarik!
Dan, di Shin-Obuke ini pula kami menemukan Restoran Indonesia, hanya 3 menit dari pintu stasiun. Restoran ini cukup terkenal, bahkan ada di google map, namanya Merah Putih Cafe yang bukan setiap hari Selasa-Jumat jam 12 siang sampai jam 4 sore saja. Pas banget datang kesana hari Selasa! Lokasinya ada di lantai 3 sebuah bangunan, hanya 1 ruangan kecil saja dengan nuansa merah khas Padang. Menu yang ditawarkan banyaaaak banget mulai dari bakso, nasi campur, sate padang, mie goreng, aneka jus, sampai aneka cemilan seperti pisang goreng. Pemilik cafe ini hanya sendirian, dia sudah 5 tahun tinggal di Jepang, dia yang memasak dan dia pula yang melayani. Di sini harga daun singkong lebih mahal daripada harga daging atau ayam haha, susah kali ya nyarinya. Akhirnya saya memesan nasi campur dan suami memesan mie goreng. Ya ampun, jauh-jauh ke Jepang makannya nasi padang :b
Setelah kenyang, kami memutuskan untuk sholat di musholla Shin-Obuke, tidak jauh dari stasiun juga. Terletak di lantai 4 sebuah gedung yang bercampur dengan salon, toko bahan makanan halal, dan berada di kawasan yang banyak orang Nepal dan Timur Tengahnya. Memang agak kecil, tapi menjadi bukti tentang adanya perkembangan Islam di negeri sakura ini :'>
Setelah sholat, kami berjalan-jalan lagi menuju Harajuku. Yuhuuu, banyak sekali orang-orang berpakaian menarik dan lucu di daerah ini. Di seberang stasiun Harajuku ada jalan bernama Takeshita Street, dan banyak sekali toko-toko yang menawarkan barang-barang lucuuuuu..... dan orang-orang berdandan dengan tema tertentu. Kami bolak-balik menyusuri keriuhan jalan ini, dan melihat barang-barang lucu rasanya pingin beli semua. Japan is so good at making creative things! Tapi sayang dompetnya dipegang sama suami haha. Saya membeli gantungan kunci dan Kitkat Green Tea yang lagi diobraaal hanya dengan 199 Yen saja.
Kami melanjutkan perjalanan ke Shibuya. Hanya cukup berpindah-pindah satu stasiun tapi bisa menemukan tempat-tempat yang menyenangkan! Shibuya, selain terkenal dengan patung Hachiko-nya, juga terkenal dengan julukannya sebagai persimpangan tersibuk di dunia. Rasanya luar biasa ikut bergabung menyeberang bersama lautan manusia, dan kami bolak-balik menyeberang berkali-kali haha. Gedung-gedung tinggi dengan layar monitor besar dimana-mana menambah keriuhan daerah ini, mirip di film Lost of Translation. Senaaaang. Setelah mengantre berfoto dengan patung Hachiko, kami kembali ke Stasiun Shin-Obuke untuk makan dan sholat.
Di stasiun Shin-Obuke, kami kembali ke kawasan musholla tadi, dan mencicipi makanan di restoran India bernama Nasco Cafe. Ada chicken barbeque yang dijajakan hanya dengan harga 100 Yen, enaaak banget. Suami memesan Mutton Biryani dan saya coba-coba memesan Vegetable Couscous. Porsi yang ditawarkan agak banyak, dan nggak ketelen sama saya... (tapi tetep maksain makan). Haha, coba-coba sih :(
Setelah sholat, kami kembali ke Stasiun Sinjuku untuk mengambil tas di locker dan langsung menuju ke Stasiun Ikebukuro untuk naik bis pukul 24.15 malam ke Kyoto. Kami tidak ingin terlambat lagi, sehingga 4 jam sebelum waktu keberangkatan kami sudah tiba disana. Willer Express ada di terminal bis nomor 8, kami menyusuri terminal dan hanya menemui terminal nomor 1-7, dan.... terminal 8-nya nyempil di jalan yang berbeda. Alhamdulillah, dua kejadian sebelumnya nggak terulang lagi.
Kami memutuskan untuk duduk, sehingga kami mampir ke McD lagi. Saya minum es krim dan suami minum kopi, tapi dia malah langsung tertidur. Di fast food restaurant Jepang seperti McD, setelah selesai makan maka kita harus mengembalikan baki dan membersihkan sampah sisa makanan sendiri. Yes, self service! Saya membunuh waktu dengan membaca novel Twitvortiare 2 yang sengaja tidak saya baca sejak awal saya membelinya, dan tak terasa sudah pukul setengah 12 malam. Kami kembali ke terminal tadi, berdiri dan mengantre sambil kedinginan karena masih hujan dan menunggu bis datang. Jam segini, masih banyak pria dan wanita yang berlalu lalang, sambil menarik koper dan berjalan sendirian. Semua merasa aman tidak ada gangguan :)
Sepuluh menit sebelum waktu berangkat, bis telah datang, kami masuk satu persatu dan duduk sesuai urutan tempat duduk. Bisnya sangat nyaman, dengan tutup kepala, penyangga kaki, dan jendela bis yang ditutup rapat dengan tirai. Bis malam ini memang dikondisikan untuk tidur sehingga kita tidak bisa melihat pemandangan. Petugas bis berbicara dengan berbisik-bisik agar tidak mengganggu. Bis berhenti setiap 3 jam sekali di rest area. Dan, kami tiba pukul 6.30 di Stasiun Kyoto. Di Kyoto juga sedang hujan.
Alhamdulillah, mungkin ini memang yang terbaik dari Allah. Saya juga percaya, Allah pasti selalu melindungi para musafir. Kalau saya berangkat malam sebelumnya, mungkin saya nggak merasakan pengalaman berkeliling-keliling Tokyo seperti itu ;)
Jadi setelah peristiwa kejar-kejaran terminal bis tadi malam, kami berniat untuk mencari terminal bis Willer Express yang akan berangkat pukul 10 pagi. Setelah mandi air hangat, nelpon ke rumah via whatsapp call pakai wi-fi hotel hihi, dan check out, maka kami bergegas untuk kembali ke terminal bis di stasiun Sinjuku yang telah kami datangi tadi malam. Sarapan pagi ini sangat kreatif, yakni kebab Turki yang kami beli malamnya dan dihangatkan suami dengan hair drier :b
Hanya butuh 10 menit untuk kembali ke terminal bis, lalu kami mengkonfirmasi kedatangan bis pada petugas... dan tidak ada petugas yang tahu tentang jadwal bis pukul 10 pagi itu. Kami menanyakan lagi tentang lokasi Sumitomo Building yang notabene merupakan lokasi gedung pemerintahan di Tokyo, semua pegawai menggunakan jas hitam dan kemeja putih - dan ternyata lokasinya masih jauh. Artinya, kami pun harus berlari lagi.
Saya udah lemes dong, takut kejadian tadi malam terulang lagi. Apalagi sambil membawa tas ransel dan dengan celana panjang yang kebesaran - serius baru sekian hari saya udah turun 2 kilo, saya jadi kesusahan untuk mengejar suami saya yang lari lebih dulu. Kami bertanya pada beberapa orang, dan jawaban yang diberikan berbeda-beda. Akhirnya kami harus menyeberang, kembali lagi, belok kanan, kiri, sampai saya nggak kuat....... ketinggalan suami saya dong yang udah duluan huhu. Saya jalan sendirian (membayangkan tersesat di negeri orang), menunggu lampu merah untuk menyeberang, berjalan gontai, dan memutuskan untuk bertanya pada seorang petugas kebersihan, dan dia memberikan arah yang benar. Bangunan yang saya maksud tepat ada di seberang saya.
Sudah pukul 10. Harapan saya saat itu cuma satu, ketemu sama suami saya. Apalagi kami tidak bisa menghubungi satu sama lain, paket data saya non aktif, dan pocket wifi dibawa sama suami haha. Dan, bener, suami saya udah nunggu berdiri di lampu merah. "Maaf, bisnya nggak terkejar. Aku sampai disana bisnya pergi". Langsung dong saya jalan sambil nangis, haha beneran nangis, antara capek dan kesel kali ya. Dan, kami memutuskan untuk datang ke terminal bis itu (lokasinya masuk ke dalam Sumitomo building dan turun dengan eskalator, ga nyangka ada disini), mengganti jadwal keberangkatan untuk malamnya, tapi di stasiun yang berbeda, bukan di Sinjuku. Kali ini tidak boleh gagal lagi.
Kami duduk lama di terminal itu, dan memilih untuk mengelilingi Tokyo lagi. Setelah perasaan saya membaik, kami pun kembali berjalan-jalan haha, ya ampun saya bocah banget. Kami kembali ke Stasiun Sinjuku (stasiun ini adalah salah satu stasiun tersibuk di dunia), menitipkan tas di locker, dan here we go again. Bismillah!
Karena kami nggak sarapan yang bener dan udah capek lari-larian, maka kami memutuskan untuk makan enak. Destinasi pertama adalah mencari makanan halal, dan ada daerah di Stasiun Shin-Obuke yang cukup banyak makanan halalnya dan ada mushollanya. Ternyata kawasan Shin-Obuke ini juga disebut sebagai Koreanya Jepang, karena ada sebuah area yang dipenuhi oleh toko-toko bernuansa Korea dengan alunan lagu-lagu boyband Korea, ada makanan khas Korea, dan banyak orang Korea yang lalu lalang. Haha, berasa di Korea. Menarik!
Dan, di Shin-Obuke ini pula kami menemukan Restoran Indonesia, hanya 3 menit dari pintu stasiun. Restoran ini cukup terkenal, bahkan ada di google map, namanya Merah Putih Cafe yang bukan setiap hari Selasa-Jumat jam 12 siang sampai jam 4 sore saja. Pas banget datang kesana hari Selasa! Lokasinya ada di lantai 3 sebuah bangunan, hanya 1 ruangan kecil saja dengan nuansa merah khas Padang. Menu yang ditawarkan banyaaaak banget mulai dari bakso, nasi campur, sate padang, mie goreng, aneka jus, sampai aneka cemilan seperti pisang goreng. Pemilik cafe ini hanya sendirian, dia sudah 5 tahun tinggal di Jepang, dia yang memasak dan dia pula yang melayani. Di sini harga daun singkong lebih mahal daripada harga daging atau ayam haha, susah kali ya nyarinya. Akhirnya saya memesan nasi campur dan suami memesan mie goreng. Ya ampun, jauh-jauh ke Jepang makannya nasi padang :b
nasi campur :b |
Setelah kenyang, kami memutuskan untuk sholat di musholla Shin-Obuke, tidak jauh dari stasiun juga. Terletak di lantai 4 sebuah gedung yang bercampur dengan salon, toko bahan makanan halal, dan berada di kawasan yang banyak orang Nepal dan Timur Tengahnya. Memang agak kecil, tapi menjadi bukti tentang adanya perkembangan Islam di negeri sakura ini :'>
Setelah sholat, kami berjalan-jalan lagi menuju Harajuku. Yuhuuu, banyak sekali orang-orang berpakaian menarik dan lucu di daerah ini. Di seberang stasiun Harajuku ada jalan bernama Takeshita Street, dan banyak sekali toko-toko yang menawarkan barang-barang lucuuuuu..... dan orang-orang berdandan dengan tema tertentu. Kami bolak-balik menyusuri keriuhan jalan ini, dan melihat barang-barang lucu rasanya pingin beli semua. Japan is so good at making creative things! Tapi sayang dompetnya dipegang sama suami haha. Saya membeli gantungan kunci dan Kitkat Green Tea yang lagi diobraaal hanya dengan 199 Yen saja.
Kami melanjutkan perjalanan ke Shibuya. Hanya cukup berpindah-pindah satu stasiun tapi bisa menemukan tempat-tempat yang menyenangkan! Shibuya, selain terkenal dengan patung Hachiko-nya, juga terkenal dengan julukannya sebagai persimpangan tersibuk di dunia. Rasanya luar biasa ikut bergabung menyeberang bersama lautan manusia, dan kami bolak-balik menyeberang berkali-kali haha. Gedung-gedung tinggi dengan layar monitor besar dimana-mana menambah keriuhan daerah ini, mirip di film Lost of Translation. Senaaaang. Setelah mengantre berfoto dengan patung Hachiko, kami kembali ke Stasiun Shin-Obuke untuk makan dan sholat.
Hachiko :( |
Di stasiun Shin-Obuke, kami kembali ke kawasan musholla tadi, dan mencicipi makanan di restoran India bernama Nasco Cafe. Ada chicken barbeque yang dijajakan hanya dengan harga 100 Yen, enaaak banget. Suami memesan Mutton Biryani dan saya coba-coba memesan Vegetable Couscous. Porsi yang ditawarkan agak banyak, dan nggak ketelen sama saya... (tapi tetep maksain makan). Haha, coba-coba sih :(
Mutton Biryani |
Vegetable Couscous :( |
Nyummy Chicken Barbeque |
Setelah sholat, kami kembali ke Stasiun Sinjuku untuk mengambil tas di locker dan langsung menuju ke Stasiun Ikebukuro untuk naik bis pukul 24.15 malam ke Kyoto. Kami tidak ingin terlambat lagi, sehingga 4 jam sebelum waktu keberangkatan kami sudah tiba disana. Willer Express ada di terminal bis nomor 8, kami menyusuri terminal dan hanya menemui terminal nomor 1-7, dan.... terminal 8-nya nyempil di jalan yang berbeda. Alhamdulillah, dua kejadian sebelumnya nggak terulang lagi.
Kami memutuskan untuk duduk, sehingga kami mampir ke McD lagi. Saya minum es krim dan suami minum kopi, tapi dia malah langsung tertidur. Di fast food restaurant Jepang seperti McD, setelah selesai makan maka kita harus mengembalikan baki dan membersihkan sampah sisa makanan sendiri. Yes, self service! Saya membunuh waktu dengan membaca novel Twitvortiare 2 yang sengaja tidak saya baca sejak awal saya membelinya, dan tak terasa sudah pukul setengah 12 malam. Kami kembali ke terminal tadi, berdiri dan mengantre sambil kedinginan karena masih hujan dan menunggu bis datang. Jam segini, masih banyak pria dan wanita yang berlalu lalang, sambil menarik koper dan berjalan sendirian. Semua merasa aman tidak ada gangguan :)
Sepuluh menit sebelum waktu berangkat, bis telah datang, kami masuk satu persatu dan duduk sesuai urutan tempat duduk. Bisnya sangat nyaman, dengan tutup kepala, penyangga kaki, dan jendela bis yang ditutup rapat dengan tirai. Bis malam ini memang dikondisikan untuk tidur sehingga kita tidak bisa melihat pemandangan. Petugas bis berbicara dengan berbisik-bisik agar tidak mengganggu. Bis berhenti setiap 3 jam sekali di rest area. Dan, kami tiba pukul 6.30 di Stasiun Kyoto. Di Kyoto juga sedang hujan.
Alhamdulillah, mungkin ini memang yang terbaik dari Allah. Saya juga percaya, Allah pasti selalu melindungi para musafir. Kalau saya berangkat malam sebelumnya, mungkin saya nggak merasakan pengalaman berkeliling-keliling Tokyo seperti itu ;)
Comments